“The saddest thing about betrayal is that it never comes from your
enemies”
-
Unknown
Menurutku, mempercayai seseorang
adalah bentuk penghargaan yang paling besar yang bisa seseorang berikan.
Kepercayaan bukanlah hal yang mudah untuk diberikan, nilainya tak terhingga.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan yang utuh, namun hanya
butuh satu detik untuk menghancurkannya.
Kepercayaan adalah memberi
seseorang, sebuah senjata yang mampu menghancurkan kita, dan berharap ia tidak
melakukannya. Sadly, kebanyakan orang
akan menarik pelatuknya. Ketika seseorang mengkhianati kepercayaan kita,
rasanya benar-benar menyakitkan. Karena hanya orang yang benar-benar dekat
dengan kita, dan hanya orang-orang yang kita sayangi lah yang paling mampu
mengkhianati kepercayaan kita.
Untukku, mempercayai seseorang
bukanlah hal yang mudah. Aku selalu memakai perisai kemanapun aku melangkah.
Hanya orang-orang tertentu yang kuijinkan untuk melewati persiaiku, dan
melihatku tanpa perlindungan diriku. Berapa orang yang kuizinkan untuk mendekati
aku yang tanpa perisai, bisa dihitung hanya dengan 1 tangan.
Perlu waktu bertahun-tahun
seseorang berdiri didepanku, sampai akhirnya aku menurunkan perisaiku, dan
membiarkannya mendekat. Hari ini, satu
dari sedikit orang itu menikamku disaat aku sedang lengah. Jika berbicara tentang
penghianatan kepercayaan, bukanlah respon marah yang muncul. Namun kecewa. Amat
teramat kecewa.
Orang itu berdiri dihadapanku
hari ini. Aku memakai kembali perisai yang telah lama ku turunkan untuknya. Ia
menatapku dengan air mata yang bergulir di pipinya, memohon untuk segenggam
kata maaf dariku. “Aku memamaafkanmu” kataku. Orang itu tersenyum lalu
melangkah mendekat. Aku mundur, kuangakat perisaiku lebih tinggi. “Tapi tak kan
kubiarkan diriku mempercayaimu lagi.”
Tahukah kamu rasanya? ketika kamu
terbiasa akan kehadiran seseorang yang menemanimu selama bertahun-tahun, lalu
kamu ternyata mendapatkan fakta bahwa ia telah merusak semua yang kamu bangun? Ketika
seseorang yang berada disampingmu setiap memerangi arus kehidupan, ternyata ia menggoreskan
pedangnya padamu disaat kamu tak melihat? Ketika seseorang yang membawakan
sinar dalam hari-hari gelapmu, namun ternyata kamu menemukan bahwa ialah salah
satu orang yang mematikan semua cahayamu? Tahukah kamu rasanya?
Karena dia, aku harus mundur.
Semua langkahku bertahun-tahun hancur dan terkoyak. Karena dia, aku harus
menguatkan diriku sendiri untuk kembali bangkit dan memulai dari awal. Tanpa
dia. Karena didepanku, jalan yang kutapaki telah runtuh. Dan satu-satunya hal
yang bisa kulakukan adalah membangun kembali dari awal.
Hari ini aku terbangun dengan
perasaan terkoyak. Berusaha kembali berdiri dan menggapai apa yang telah hilang
dari hidupku dalam sekejap. Jalan ini tak kan semudah saat pertama kali aku
melangkah, karena kali ini, aku harus menyeret hatiku yang terluka. Aku harus
melangkah dengan kaki yang terpincang.
Aku tau, seiring waktu, lukaku
akan sembuh. Namun ada sebagian dari diriku yang sulit untuk kurajut kembali.
Aku tau, setelah semua ini, aku akan kesulitan mempercayai orang lain lebih
dari sebelumnya.