Welcome

welcome to my world..

welcome to my life..

welcome to my heart..


-enjoy it-

Saturday, October 29, 2011

Latte (1)

"Lalu apa yang akan lakukan?" tanyanya sambil tertawa. "bisa apa kau?"


Ah, aku tak ingin berhadapan dengannya saat masih menjadi aku, aku harus memanggil Lei keluar. Ayolah,dimana kau..

aku terdiam. berkonsentrasi mencari Lei dalam pikiran ku. Pandanganku tiba2 meremang. aku tersenyum, dia datang. dan hitam. gelap.

---------------------------------------

Aku berdiri menghadapi udara sejuk, tp mengapa disini begitu ramai. sepertinya telah terjadi kecelakaan lalu lintas. aku mendekat. dan tersentak.aku melihat Gil, temanku yang merebut pacarku dan mengancamku, terbujur kaku di jalan berlumuran darah.

dan Jam tangan di tangan Gil menjelaskan segalanya.

Jam tanganku.


Aku mendekati mayatnya dan menangis tersedu-sedu, dimana tangan kanan ku berusaha mengambil gelang yg ia genggam. Biarlah, jika polisi menemukan sidik jariku, mereka tahu aku mendekatinya disaat ia sudah tiada.

Setelah ia dibawa ambulans, aku berjalan cepat menuju downstill, kedai kopi yang jarang pengunjung, sempurna untuk ku. Ku pesan Latte, dan diam menghadap keluar.

Kau kah yang membunuh Gil,Lei? Aku hanya ingin ia disakiti, bukan dibunuh. Aku terlalu lemah untuknya, bahkan, aku terlalu baik untuk marah padanya, disaat ia menghancurkan hidupku. Tapi tidak dibunuh, Lei..

Hpku berdering."Ya Fel?..Ya aku tau, aku ada di tempat kecelakaan Gil, aku kebetulan lewat..Aku sedang menuju RS, RS HVP kan?...Oke, smpe ktmu dsana"

Ya, sepertinya saatnya aku memakai 'topeng'ku kembali, agar terlihat 'normal'

-----------------------------------------
Entah mengapa aku selalu menyukai bau rumah sakit, bau darah, dan bau obat. Tentu tak kan kukatakan itu semua pada siapapun termasuk dokterku.

Ku melangkah ke ruang UGD RS HVP. Percayalah, tidak sulit buatku membuat diriku menangis disaat orang2 biasanya menangis.

Aku merapat pada Fela. "Bagaimana dia,Kapan mereka mengkebumikannya?" dengan sedikit air mata tentunya.

Fela menyandarkan bahunya padaku. Matanya sembab. Dia tak berkata apapun. Aku membelai rambutnya, seharusnya Fela lah yang Gil sayangi,kekasihnya, bukan kekasihku.

"Jangan tinggalkan aku, Fros", kata Fela sambil memelukku erat. Aku membalas memeluknya. "tidak, fel, kau yg jangan meninggalkanku.."

Dan disinilah kami tinggal berdua, kami yang dahulu berempat. Aku,Gil,Fela,dan Dein. Fela adalah satu2nya perempuan diantara kami.

Dein meninggal 2 tahun yang lalu, saat ia bersamaku tengah pulang dari sebuah cafe merayakan keberhasilannya mendapat beasiswa ke universitas terbaik.

Mengapa Dein meninggal? Menurut polisi,kami tengah mengendarai mobil, dan Dein melewati batas kecepatan, aku melompat disaat yang tepat, dan Dein menubruk bangunan di depannya.
Menurutku, aku tak tau. Lei yang mengambil alih saat itu, dan disaat ia dalam kendali, aku tak melihat apapun.

2 Tahun kemudian, hari ini, kami kehilangan Gil, kali ini aku tau, Lei lah yg melakukan.

------------------------------------------

Di pemakaman Gil, aku melihatnya berdiri sambil terisak, pacarku.. mantan pacarku, Trea. Kurasakan Lei yang menggebu-gebu ingin mengambil alih, tapi saat ini, aku lebih berkuasa.

Aku melirik pada Fela, ia juga memperhatikan Trea. "Dia kah, Fros? Cewemu yang dirayu Gil?", aku tersentak,selama ini ia tau?
"Ya" jawabku singkat, bukannya aku tak mau tau tentang bagaimana ia tau, tapi aku benar2 tak peduli.
Aku merangkul Fela dan mengantarkannya pulang. Dalam perjalanan pulang, ia diam tak bergeming, sampai saat sampai depan rumahnya.
"Fros?"
"Ya?"
"Bagaimana perasaanmu?"
apa? ia menanyakan pe-perasanku?
"Aku tak mau ditinggal teman lagi. Apa kamu akan baik2 saja,fel?
Ia tersenyum. Ia memang cantik, pikirku.
"Selama kamu janji akan ttp disisiku,fros"
"Kenapa?" Tanyaku.
"Karena kamulah satu-satunya orang yang tak pernah mengecewakan aku"

Aku tak tau harus membalas apa, aku memilih diam. Andai ia tau siapa aku, siapa kami.

------------------------------------------

Seminggu kemudian, aku berada dipsikiaterku, dr.Ken
"Halo, Fros. Gimana perkembangan latihanmu? sudah bisa lebih sering mengambil alih dirimu dibanding kepribadianmu yang lain?"
Aku berfikir sejenak. Lei lah yang pandai berbohong bukan aku, aku ingin memangilnya, tapi aku takut ia berlaku seenaknya lagi.
Lalu, tanpa sadar, ia hadir. dan Gelap.
-----------------------------------------

Sayup-sayup kesadaranku kembali.
dr.Ken tersenyum, "jadi begitu, baiklah, mungkin kita bisa mengurangi jadwal kita. Kali ini cobalah tanpa obat2an ya?"
Aku cuma mengangguk, tanpa tau apa yang Lei katakan.
Sejujurnya aku merasa nyaman dengan diriku, tapi orang tuaku lah yang memaksaku pergi ke psikiater.
Akulah si pengecut, dan Lei selalu menjagaku. Selalu.

----------------------------------------

Aku masuk ke downstill.
"Secangkir latte extra kayu manis", aku memesan kopi kesukaanku.
Latte, bahkan kopi yang hitam pahit pun akan terlihat putih dan manis, ditutupi busa diatasnya, seakan-akan menyembunyikan apa yang ada dalamnya. Kopi dan susu, dua minuman yang berbeda disatukan dalam satu sajian. Lei adalah sang kopi hitam, dan akulah susunya. Tak ada yang mengetahui bahwa kami adalah 2 pikiran yang berbeda, karena sudah teraduk begitu sempurnanya.

Tiba- tiba aku melihat Fela masuk ke cafe, dan langsung menuju tempat aku duduk. Ia duduk didepanku.

"Fros, aku ingin kamu jawab jujur. Apa yang sebenarnya terjadi pada Gil?"

Sial. Ada apa ini? akupun tak pernah tau. Kurang puaskah ia dengan penjelasanku.

"Bukankah aku sudah menjelaskannya padamu,Fel?"
Ia terdiam sejenak, lalu berkata,"Baiklah, aku ingin bicara pada Lei"

APA???Ba-bagaimana ia tau tentang Lei ?
Apa yang harus kulakukan?

Sebelum aku berfikir, kegelapan menyelimutiku.

(To Be Continued)