Welcome

welcome to my world..

welcome to my life..

welcome to my heart..


-enjoy it-

Tuesday, April 19, 2016

P.A.P.A.H

Papah, aku memanggilnya. Beliau bukan ayah asliku, beliau hanya paman dari ayahku. Tapi usia Papah hanya berbeda beberapa tahun dengan Abi.

Saat aku kecil, ekonomi keluargaku pas-pasan. Aku tak pernah mendapatkan mainan-mainan yang agak mahal, bahkan orang tua ku hanya mampu membeli makanan bergizi tinggi hanya untukku, sedangkan mereka makan apa adanya, kadang hanya dengan kerupuk dan nasi. Orang tua ku mengontrak sekaligus membuka bisnis di rumah. Rumahku saat itu sangat sederhana, jika hujan, banjirlah serumah.

Ayahku membuka bisnis toko bangunan dari tabungannya yang tidak banyak, beliau kadang harus mengangkat batu bata atau semen sendiri, karena memang beliau tidak mampu membayar karyawan untuk membantunya. Ibuku membuka bisnis pecah belah, bermodal pinjaman dari saudara. Pada akhirnya, bisnis itu bangkrut.

Disaat itu, hadirlah Papah. Masa-masa itu, papah sangat dekat denganku. Aku sering bermain ke rumahnya. Ekonomi Papah lebih dari mencukupi saat itu. Dan aku memang manja terhadapnya.

Suatu hari, saat  aku berusia sekitar 7-8 tahun aku datang ke rumah papah, papah mengajakku main petak umpet, tapi saat itu aku sangat tidak mood bermain. Papah bertanya padaku dengan lembut.
Papah:"Kenapa, bil?"
Aku: *nangis*
Papah: "ih bia kenapa? sini cerita"
Aku: "Si xxxxx beli sepatu roda baru pah, bia pengen, terus ngomgong pengen beli ke mamah sama abi, tapi ga boleh beli sama abi mamah, soalnya belum ada uangnya. Emang mahal katanya sih"
Papah: "Sebentar ya"
Papah pergi ke ruang tengah, dan aku masih terdiam di ruang belakang. Tak lama kemudian, papah menghampiriku lagi, dan beliau mengatakan, "Papah udah telefon abinya bia, ikut ke bandung yuk sekarang"
Aku langsung girang. Walaupun saat itu aku fikir Papah mengajakku ke Bandung untuk belanja kebutuhan tokonya. Aku memang menyukai berpergian dengan mobil.

Sesampainya di Bandung, kami masuk ke toko olahraga. Papah menuntunku ke koridor sepatu roda.
Lalu dia bilang, "Pilih yang bia mau"
Saat itu aku sangat kegirangan. Aku memilih tanpa melihat harga. Setelah memilih sepatu roda yang aku inginkan, kami langsung pulang ke Sumedang.
Ya, papah hanya pergi ke Bandung untuk membelikanku sepatu roda.
(Saat itu memang di Sumedang, tidak ada yang menjual sepatu roda)

Beberapa waktu kemudian, aku bercerita kepada papah bahwa teman-temanku mempunyai mainan yang seru. Dengan menggebu-gebu aku menceritakan bahwa di mainan itu, kita bisa memelihara binatang dan mengurusnya seperti memberi makan, dll. (Saat itu tentu saja aku tidak mengetahui, mainan yang aku maksud itu Tamagochi). Papah mendengarkanku dengan seksama.

Tak lama kemudian, ia mengajakku jalan-jalan. Papah dan aku masuk ke sebuah toko serba ada.
Papah mendekati karyawan toko itu, dan bertanya, "Disini jual mainan yang bisa melihara binatang gitu?", "Oh tamagochi ya pak, sebelah sini pak" Jawab si karyawan.
Lagi-lagi aku dibelikan apa yang aku inginkan oleh papah tanpa aku minta.
Bahkan papah pernah sengaja pergi ke Lembang hanya untuk membelikan ku kelinci.

Papah mempunyai 3 anak. Tapi ketiga-tiganya sudah dewasa. Saat aku SD, anaknya kuliah, jadi memang sangat jauh perbedaan usiaku dengan anak-anaknya papah. Tapi aku sangat dekat dengan ketiganya, terutama Ka Evi, anak kedua papah.

Semakin beranjak dewasa, semakin jarang aku mengunjungi papah. Tapi jika aku meminta apapun, ia selalu memberikan. Bahkan sampai SMA, Aku sering meminta pulsa pada papah, dan biasanya papah langsung mengirimkan aku pulsa Rp.100.000.

Saat aku kuliah, semakin jauhlah aku dengan Papah.

Tahun 2012, Aku sangat sibuk mempersiapkan pernikahanku. Sampai aku mendapat berita buruk Papah masuk RS. Aku akhirnya mengetahui dari mamaku, bahwa papah sudah mengidap kanker prostat selama 7 tahun.

Aku sering menjenguk ke RS, membawakan papah barang-barang dan makanan yang beliau suka.
Pernah suatu waktu aku sedang duduk menemani papah di RS.
Aku bertanya, "Papah mau dibawain apa sama bia? DVD room ya? nanti bia beliin film yang bagus-bagus" (Papah suka menonton film)
Dengan lemah, Papah menjawab, "Ga usah bil"
"Papah mau apa atuh? InsyaAllah ntr bia bawain"
Papah melihatku dengan wajah keriput yang terlihat sangat jelas, "Pengen sembuh bil, biar bisa hadir di nikahan Bia"
"InsyaAllah, Pah. InsyaAllah"
Aku diam agak lama, menahan air mata yang hampir menggenang.

Papah hadir di pernikahanku, walaupun dengan keadaan dipapah dan dengan kondisi yang lemah.

5 Bulan setelah pernikahanku aku mendapatkan telefon dari Ka Evi, Papah kritis dirumahnya.
Aku langsung datang ke rumah papah.
Tak lama kemudian, papah menghembuskan nafas terakhirnya dihadapanku, dan saudara-saudaraku.

Aku mencium keningnya.

Ati, istri nya Papah, memelukku erat sambil menangis, berkata,
"Papah sayang banget sama kamu bil. Kamu selalu jadi keponakan yang paling dia sayang. Selalu jadi anak bungsunya. Selalu"
Aku tak mampu lagi menahan air mata.

Mungkin Papah bukanlah orang yang sempurna, juga bukan orang tua kandungku. Tapi beliaulah yang membuat masa kecilku lebih indah. Beliau selalu jadi ayah kedua bagiku.

Bahkan saat ini, tahun 2016. Aku masih merindukannya. Terutama ketika aku melihat "tamagochi","Sepatu roda",dll  aku selalu kembali pada memori masa lalu.
Betapa berartinya kehadiran papah dalam hidupku saat itu. Papah memberikanku kecukupan materi sehingga aku bisa mempunyai masa kecil yang lebih bahagia.
Papah selalu ada untukku.
Dengan mainan-mainan yang orang tuaku belum mampu untuk membelikan.
Dengan petak-umpetnya.
Dengan cerita-ceritanya.
Dengan tawanya.

I Miss You, Pah.

Jatinangor, 19 April 2016

Monday, April 18, 2016

It`s Not Right For You Lyrics

It`s Not Right For You
by The Script


My head, my head is full of things that I should've done
My heart, my heart is heavy, and it sinks like a stone

She said, "Is this the life you've been dreaming of
Spending half the day away from the things you love?
It's not too late to do something new."

Yeah yeah she said, "It's hard enough trying to live your life
But not following your dreams made you dead inside
If you don't love what you do."

It's not right, it's not right for you 
If you even have to think about it 
It's not right, it's not right for you 
If you really have to think about it 
You got one life to love what you do

My hands, my hands are scarred by things I shouldn't have done
My feet, my feet are weary from all the miles that I've run

She said, "Open your mind, take a look within
Are you happy with the world that you're living in?
If not, you gotta change what you do."

Yeah yeah she said, "And lately I don't see you smile lot
Are you happy here with me and the things we've got?
If you can't say that it's true."

If we don't do something now then we'll never know
If we stay here too long then we'll, we'll never grow old
So, before it's too late and it's killing you
We've only one life to live, so love what you do