Setelah
semalem nonton “Steve Jobs: The Man in the Machine”, ada hal yang
menarik dari film itu. Ada 2 pertanyaan dari film itu yang menarik buat aku.
Must you be ruthless and selfish to be a really successful
entrepreneur?
Pernah baca
artikel dengan judul yang sama. Kemudian nonton film ini. Benarkah untuk
menjadi sukses kita harus egois dan kejam?
Ruthless itu menurut kamus artinya “having
or showing no pity or compassion for others.”
Steve Jobs
di film ini digambarkan sebagai orang yang heartless, menghabiskan
hidupnya untuk “cinta” nya ke dunia teknologi. Terkadang mengabaikan hubungannya
dengan manusia.
Ada satu waktu, Jobs kerja sama dengan Steve Wozniak, untuk
membuat terobosan di perusahaan game. Jobs Mengatakan pada Woz, bahwa ia hanya
dibayar $700, dan masing-masing mendapat $350, sementara sebenarnya mereka
dibayar $7000.
Di salah
satu segmen film ini juga diceritaikan tentang seorang karyawan Foxconn (Salah
satu penyuplai terbesar apple) di China,Sun Danyong. Yong kehilangan prototype
iPhone 4, sampai akhirnya jatuh ke tangan media. Karyawan itu diintrogasi
secara ketat. Setelah introgasi, Yong sempat chating dengan temannya , dan
menulis,
“These
F**king Dogs.
They are
inhuman.
I Hope
that someone can fix Focxonn.
They can
search people’s home at will.
They can
detain people at will.
They can
beat people”.
Pada dini
hari keesokan harinya, Yong bunuh diri. Nasib jurnalis yang mendapat prototype
iPhone 4 itu sendiri, polisi geledah rumahnya & sempat dijadikan tersangka,
padahal saat itu ia sudah mengembalikan prototype iPhone 4 ke Steve Jobs.
Selain itu,
ketika salah satu ‘aset’ apple mengundurkan diri, Jobs ngontak google dan
mengatakan “Jika anda memperkejakan salah satu dari mereka (mantan aset apple),
itu berarti pernyataan perang!”, yang diakhri Apple & Goolge membuat
perjanjian untuk tidak memperkejakan mantan karyawan dari perusahaan
masing-masing.
Mungkin kata
yang lebih tepat bukan “Selfish” tapi
"Individualist". Dimana orang individualis mampu
berfikir mandiri tanpa memikirkan apa yang akan orang lain pikirkan
tentangnya. Sebagai seorang
enterpreneur, harus mampu mempengaruhi pikiran orang lain, daripada dipengaruhi
orang lain. Jika tidak, visi perusahaan akan menjadi tidak bisa selalu tetap
karena berusaha menyenangkan semua pihak.
Ruthless?
Ya. Ruthless di dunia enterpreneur ini maksudnya seorang pengusaha harus mampu
mengambil pilihan sulit, walaupun itu bisa merugikan beberapa pihak.
Kenapa banyak orang yang merasa kehilangan Steve Jobs saat
dia meninggal, tanpa tau banyak tentang Jobs sndiri?
Steve Jobs
adalah seorang yang mencari kesempurnaan tapi tak pernah mendapat kedamaian.
Dia mengagumi biksu, tetapi punya rasa empati yang kecil. Jobs juga menawarkan
kebebasan melalui produknya, tapi kebebasan itu hanya dalam ruangan, dimana dia
yang memegang kuncinya.
Apple
sendiri, dibawah kendali Steve Jobs, yang mempunya slogan, “Think Different”,
menanamkan suatu harapan pada masyarakat, bahwa pola pikir yang berbeda dari
orang lain itu adalah pola pikir terbaik. Karena orang-orang yang berbeda dari
orang lain tersebutlah,yang cenderung mempunyai kemampuan mengubah dunia.
Itulah wajah apple yang dipromosikan Steve Jobs, “Berbeda, namun mampu mengubah
dunia.”
Di Film
tersebut, teradapat satu animasi tentang seseorang yang hendak membeli iPhone
tetapi iPhone sudah soldout. Ia ditawarkan produk yang lebih baik, tetapi
pembeli tersebut tetap menginginkan iPhone. Si Penawar akhirnya geram dan
mengatakan “Handphone ini bisa memberi 3 permintaan ke pembelinya, termasuk
salah satunya bisa memberi iPhone”, tapi pembeli itu tetep menolak. Si penawar
itu bertanya, “Aku memberimu pilihan yang lebih baik dari segala hal, kenapa
kamu tetap milih iPhone?”, Pembelinya jawab, “Karena itu bukan iPhone”.
Disitulah
letak kejeniusan Jobs.
Di akhir
dijelaskan, bahwa masyarakat mencintai apple bukan karena produk itu membuat
dunia komunikasi jadi lebih baik, karena justru gadget itu malah mengisolasi
manusia dari orang-orang terdekatnya. Masyarakat juga tidak mencintai Steve
Jobs karena kebaikannya, karena ia bukan merupakan orang yang baik terhadap
sesama.
Kenapa
banyak pengguna apple yang merasa kehilangan Steve Jobs ketika ia meninggal?
Karena Jobs merupakan seniman hebat, yang bisa mempengaruhi dunia untuk
mencintai produknya. Seperti kata salah satu penulis didunia teknologi, Jobs
menekankan jika produk apple itu “It is not machine for you, it is you”.
Manusia
kadang lupa betapa uniknya mereka. Karena ketika kita beli gadget, gadget itu
kosong, apa yang kita masukan ke dalamnya itu tergantung siapa kita. Jadi
produk Apple itu pelopor dalam dunia teknologi yang menawarkan kita untuk
memasukan diri kita sendiri ke dalam produk yang kita beli. Aplikasi yang kita
download, musik yang kita suka,dll. Kemampuan terbaik Steve Jobs itu sendiri,
adalah kemampuan menanamkan keyakinan pada seseorang, membuat orang percaya
semua kata-katanya. Steve Jobs menanamkan pada masyarakat bahwa produk apple
itu bukan sekedar alat, tapi juga adalah bagian dari diri pemiliknya.
Aku sendiri
nulis ini di macbook. Aku juga pengguna iPhone dan iPod. Aku pake Apple
semenjak iPhone 3G, sampai sekarang iPhone 6. Bahkan sampai saat ini, aku belum
pernah memiliki smartphone android, dan tak pernah tertarik memilikinya.
Kenapa? Semua produk apple itu banyak membuat tidak nyaman orang-orang karena
kompleks, semua dipersulit. Memasukan lagu, transfer media,dll. Tapi justru itu
yang membuat aku nyaman menggunakan produknya. Karena apple menjaga kualitasnya
dalam ketidakbebasan itu. Karena aku merefleksikan diri sendiri dalam
produk-produknya, aku adalah orang yang perfeksionis dalam beberapa hal. Hal
itu membuat aku banyak melihat dari banyak sudut, mengatur banyak hal, dan
sangat hati-hati dalam membuat keputusan. Ketika melihat produk apple, aku
melihat sesuatu yang ribet, terlalu perfeksionis, berbeda dari orang lain,
tetapi itu semua karena ingin memberikan yang terbaik untuk orang lain