Ketika senja mengharap puja,
dalam malam yang bertumbu pada sudut kelam.
Sebuah nyanyian rindu terbelenggu sendu,
suara merdu bergeming menyambut tabu.
Seringai rembulan merintih,
mencari lantunan jiwa yang tertarih,
namun setetes embun membawa kembali rasa yang
tertimbun.
Katakanlah kata,
Rintihan serak yang menoreh kerak.
Tanpa suara, tanpa muara.
Sebuah cerita membalut alunan kata,
menjadikan makna selembut kencana.
Tanpa sadar sebuah biru menjadi kelambu,
dekapannya melindungi abu yang penuh debu.
Bukanlah hidup yang mencintai redup,
hanya bayangan tak lagi menjadi angan.
Karena hati tak pernah mati,
Ia menciptakan asa yang bercampur rasa.